6 Siswa SDN Kota Baru III Dilarikan ke RS Usai Konsumsi Makanan Bergizi Gratis

Potretkita.com, Kota Bekasi – Enam siswa SDN Kota Baru III, Bekasi Barat, harus dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Ananda Bekasi pada Kamis (2/10/2025) setelah mengalami keluhan kesehatan usai mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG).

Guru Penanggung Jawab MBG di sekolah tersebut, Syamsudin, menjelaskan keluhan muncul sekitar 5–10 menit setelah siswa selesai makan. Menu yang disajikan hari itu berupa makaroni, pasta, jagung, serta semangka sebagai buah pendamping.

“Setelah makan, ada anak yang sakit perut dan muntah. Kami langsung membawa mereka ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis,” ujar Syamsudin saat ditemui di RS Ananda.

Ia menuturkan sempat mencicipi makanan sebelum disajikan, dan menemukan beberapa menu terasa asam, termasuk pasta dan semangka. Syamsudin mengaku telah menginstruksikan murid untuk tidak memakan bagian yang terasa asam, namun sebagian tetap mencoba dan akhirnya mengalami gangguan pencernaan.

Menurutnya, keenam siswa yang terpapar berasal dari kelas berbeda. Mereka makan pada pukul 09.15 WIB, sekitar satu jam setelah makanan tiba di sekolah. Makanan tersebut dikirim dari sebuah katering di kawasan Danau Harapan Baru.

Syamsudin menambahkan, sebelum insiden terjadi, sebanyak 163 siswa sesi pagi telah menerima makanan dengan menu yang sama. Setelah ada laporan siswa sakit, pihak sekolah langsung melarang siswa lain untuk mengonsumsi makanan, bahkan menarik jatah untuk 142 siswa sesi siang.

“Begitu ada anak yang sakit, kami hentikan semua. Makanan langsung ditarik agar tidak dimakan lagi,” jelasnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan awal di rumah sakit, dokter menyebutkan keenam siswa mengalami paparan bakteri, namun kondisinya sudah mulai membaik.

“Alhamdulillah, bakterinya sudah berkurang. Semoga tidak sampai perlu rawat inap,” kata Syamsudin.

Ia juga mengungkapkan, Wali Kota Bekasi dan Kepala Dinas Kesehatan langsung datang ke rumah sakit untuk memastikan seluruh biaya pengobatan siswa ditanggung pemerintah. Pihak sekolah pun akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk mengevaluasi pelaksanaan program MBG.

“Insya Allah kami akan berdiskusi dengan sekolah dan dinas terkait. Kalau perlu, program ini ditunda dulu supaya lebih aman,” tambahnya.

Syamsudin berharap kejadian ini menjadi pelajaran agar semua pihak lebih berhati-hati dalam pengelolaan makanan.

“Tidak semua anak bisa menerima menu yang disiapkan. Ini harus jadi evaluasi bersama,” pungkasnya.

Kasus dugaan keracunan makanan dalam program MBG bukan pertama kali terjadi di Indonesia. Peristiwa ini kembali menegaskan pentingnya pengawasan ketat terhadap kualitas dan keamanan makanan yang disediakan bagi siswa.

Komentar

News Potret